Beberapa hari belakangan ini, saya sedang banyak mendapatkan ‘sentilan-sentilan’ ringan mengenai suatu hal. Awalnya beberapa bulan yang lalu saat saya sedang menikmati kopi di kedai kopi langganan saya, tiba-tiba terbetik ide untuk menulis suatu hal. Tetapi seperti biasa, saya lalu sibuk mengerjakan hal lain dan melupakan ide tersebut.
Namun di hari-hari berikut, rasanya ada saja ‘sentilan’ yang ditujukan kepada saya mengingatkan bahwa ada ide yang belum saya tuangkan ke dalam bentuk nyata. Dan hal ini berlanjut terus sampai dengan sekarang. Sehingga saat ini, suatu sore di pertengahan bulan Mei di luar pulau Jawa jauh dari keluarga dan rekan, saya ingin mencoba menuangkannya dengan gaya saya sendiri dan melihat kemana alur tulisan ini berjalan.
Hal tersebut sebenarnya berupa satu bentuk pertanyaan :
“SIAPAKAH SAYA?”
Pernah nonton film Jackie Chan yang berjudul Who am I?
Atau kalau bahasa Mandarinnya Wo Shi Shei deh.
Dalam film itu, Jackie Chan menjadi seorang agen CIA yang kemudian mengalami kecelakaan saat bertugas yang mengakibatkan ia menderita amnesia. Cerita kemudian bergulir menguraikan perjuangan Jackie Chan untuk mengetahui identitas dirinya dan apa yang sebenarnya harus ia lakukan.
Memang sih cuma sebuah film, film kocak malah, dan itu mungkin pertanyaan yang terdengar mudah serta susunan kalimat yang cukup singkat bukan?
Tetapi apa jawabannya sesingkat dan semudah itu?
Siapakah saya?
Siapakah Anda?
Apakah saya atau Anda hanya didefinisikan dari nama saja? Atau dari pekerjaan? Atau dari susunan keluarga semata?
Apakah kalau ada yang bertanya kepada saya, “Kamu itu siapa sih?” maka jawaban seperti,”Oh saya Liza. Saya psikolog, anak kedua dari tiga bersaudara, memiliki satu orang anak laki-laki berumur 6 tahun” sudah terdengar cukup?
Apakah itu semua memang SAYA?
Atau ada sesuatu yang lebih daripada itu?
Sejujurnya, pertanyaan-pertanya an seperti itu sudah banyak mengelayuti pikiran saya semenjak seri film Heroes mulai diputar.
Hehehehehe… Saya memang maniak nonton film karena rasanya selalu saja ada pelajaran atau sesuatu hal yang bisa saya petik dari film apapun.
Film Heroes itu sendiri bercerita mengenai sekumpulan orang yang masing-masing memiliki kemampuan luar biasa yang berbeda-beda satu dengan yang lain dimana dengan kemampuan itu hidup mereka menjadi seru sekali pokoknya. Ada yang bisa terbang, ada yang bisa menghentikan waktu, ada yang bisa menghilang atau bahkan ada yang bisa ‘membatalkan’ kematian.
Terlalu berlebih-lebihan ya kayaknya. Tetapi pelajaran yang saya ambil bukan itu. Yang menjadi bahan renungan saya adalah, “Iya ya. Rasanya memang pasti ada sesuatu yang lebih dari masing-masing di diri kita. Kita ini pasti lebih toh dari sekedar bangun pagi, makan, bekerja atau belajar, ngobrol sana-sini, ketemu orang-orang seharian, kembali ke rumah, beristirahat, tidur dan lalu kembali bangun pagi dan lalu kembali pula mengulangi putaran yang sama”
Saya berpikir rasanya pasti ada sesuatu yang lebih dari itu semua bukan? Masa iya hidup ini hanya merupakan putaran yang itu-itu saja sepanjang masa hidup kita.
Atau di sisi lain, memang mungkin itulah putaran hidup yang sama dari waktu ke waktu yang kita jalani. Namun apakah tidak ada sesuatu yang lebih mendasar dari itu? Apakah putaran kehidupan itulah yang lalu mendefinisikan siapa saya?
Atau bagaimana kalau misalnya kita (saya) rubah sistemnya?
Bagaimana kalau kita (saya) mulai berpikir dahulu siapa saya lalu dengan definisi yang ada itu mulai menjalankan putaran yang ada?
Bagaimana kalau saya tentukan dahulu saya mau apa dalam putaran itu baru kemudian meloncat masuk ke putaran?
Saya berteori jikalau saya sudah mengetahui saya ini siapa dan mau apa, mungkin putaran yang saya jalani dari hari ke hari akan menjadi lebih menyenangkan.
Balik lagi ke Jackie Chan tadi.
Akan lebih ‘menyenangkan’ toh hidupnya ketika ia sudah mengetahui siapa dirinya? Dan betapa bingungnya ia ketika dari waktu ke waktu, hari ke hari, mengalami amnesia tidak tahu siapa dirinya dan apa yang harus ia kerjakan.
Bagi saya pribadi rasanya kok tidak menyenangkan ya ketika harus mengalami amnesia dan kebingungan terus-menerus sepanjang hidup saya. Jadilah yang ada saya kemudian terus terusik dengan pertanyaan siapa saya ini.
Kalau boleh berbagi, tanpa bermaksud apa-apa, setelah terusik sekian lama akhirnya saya menemukan siapa saya ini.
Saya bukan Liza. Itu hanya sekedar nama.
Saya juga bukan psikolog. Itu hanya embel-embel titel pekerjaan.
Saya juga bukan ibu dari seorang anak. Itu hanya sebuah status.
Saya juga bukan lulusan dari ini atau itu, bukan bergelar ini atau itu, bukan bermateri ini atau itu, karena semua hanyalah hal-hal duniawi yang memang penting tetapi tidak terpenting.
Saya ternyata adalah cinta.
Saya juga kedamaian dan kebahagiaan.
Hehehehheheee… Mungkin saat ini banyak yang mencemooh saya. Tetapi jujur ini yang saya rasakan dan saya tidak malu berbagi ‘temuan’ saya ini.
Saya adalah cinta, kedamaian dan kebahagiaan.
Saya memberikan cinta, kedamaian dan kebahagiaan.
Namun saya juga menerima cinta, kedamaian dan kebahagiaan.
Secara pribadi setelah saya menemukan ini, putaran yang saya lalui pun menjadi penuh dengan cinta, kedamaian serta kebahagiaan. Dan juga seru sekali seperti di film Heroes tadi!
Memang teorinya seperti yang mungkin kita semua telah ketahui, segala hal yang terjadi dalam hidup kita akan kita lihat dari ‘kaca mata’ kita toh.
Dan dengan ‘kaca mata’ siapa saya lah kemudian saya memandang putaran hidup saya ini.
Tetapi tolong jangan kira bahwa saya tidak lagi mendapatkan kesusahan, kemarahan, kejengkelan atau beragam hal yang menguras emosi lainnya. Saya masih kok menerima putaran hidup dengan beragam aspeknya. Komplit pokoknya deh dengan segala harum wanginya dan bau amisnya.
Hanya saja si harum dan si bau ini sekarang saya pandang dari perspektif siapa saya ini.
Dan saya juga tidak menyatakan bahwa penjabaran siapa saya ini pasti suatu jabaran yang akan terus saya lekatkan dalam diri saya sampai hari akhir saya.
Saya manusia yang terus belajar dan berkembang.
Suatu saat mungkin saja jabaran saya ini berubah dan saya menyakini berubah ke hal yang jauh lebih positif karena siapa lagi yang harus menyakini itu kalau bukan saya? Lha wong saya yang punya hidup ini bukan…
Anda pasti juga bisa punya perspektif Anda sendiri.
Jika Anda memang ingin melihat diri Anda semata dari identitas duniawi Anda dan Anda merasa lebih nyaman menjalankan putaran Anda dengan identitas tersebut, tentu itu pilihan Anda yang berhak Anda ambil.
Saya pribadi merasa tidak nyaman lekat dengan identitas duniawi saya. Saya tetap menyakini bahwa saya ‘lebih’ dari itu semua. Dan setelah saya menemukan siapa saya, rasanya malah saya lebih bisa menjalani tidak hanya putaran hidup saya namun juga identitas duniawi saya dengan lebih nyaman dan ikhlas.
Saya memiliki ‘tugas belajar’ untuk memberi dan menerima cinta, kedamaian serta kebahagiaan.
Apapun yang kemudian terjadi dalam putaran hidup saya, secara ikhlas saya menyakini merupakan bagian dari ‘tugas belajar’ tersebut. Apapun yang ada membantu saya untuk belajar beragam macam harum dan bau kehidupan.
Hidup ini sempurna dengan segala ketidaksempurnaanny a.
Saya tidak malu-malu mengakui kesempurnaan saya, tetapi saya juga tidak ragu meminta maaf untuk segala ketidaksempurnaan yang saya lakukan. Dan tentunya saya masih terus berada dalam proses belajar dari semua hal itu. Hidup ini satu paket komplit plit plit….
Anda mungkin punya cerita tulisan Anda sendiri.
Tetapi pertanyaanya terlebih dahulu, “Siapakah Anda???”
( Berbagai sumber)
Selasa, 04 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar